Senin, 13 Februari 2012

Darma putri, 6 bulan


Darma dirawat sejak tanggal 22 Desember 2011. Datang ke IGD dengan riwayat perjalanan penyakit yang singkat berupa demam tinggi 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit disertai batuk dan sesak nafas berat keesokan harinya.  Saat datang ke IGD terdapat gagal nafas sehingga dilakukan intubasi dan pemberian ventilasi tekanan positif secara manual selama 1 hari karena tidak ada alat bantu nafas (alat baru tersedia pada keesokan harinya).
                Sejak dirawat di icu selalu dalam ventilator dengan keadaan sepsis perburukan disertai kondisi perdarahan (Disseminated Intravascular Coagulation). Terapi antibiotik dan antijamur serta produk darah diberikan sesuai hasil kultur darah dan jamur. Pada perawatan hari ke-40 pasien mengalami perbaikan klinis namun foto rontgen toraks selalu menunjukkan hasil yang tidak baik. Pasien kemudian kami coba penyapihan dengan ventilator dengan pertimbangan perbaikan klinis tersebut dengan kebutuhan setting ventilator yang makin berkurang. Pada saat itu kami pikirkan terdapatnya kondisi bronkopulmonary displasia atau chronic lung disease sebagai dasar ketergantungan ventilator. Pasien terindikasi dilakukan CT scan toraks untuk melihat adanya fibrosis dan kelainan lain pada paru. Pada percobaan penyapihan ventilator yang kelima pasien berhasil terekstubasi namun tetap membutuhkan alat bantu nafas sehingga kami memodifikasi setting ventilator meggunakan endotrakeal tube sebagai single nasal prong dan menyambungkannya dengan ventilator non-invasif. Selama memakai ventilator non-invasif, pasien mengeluarkan banyak lendir sehingga setiap 30 menit harus dilakukan penghisapan lendir  berkala. Pada perawatan H-45 pasien dapat lepas dari ventilator dan menggunakan oksigen nasal.
                Foto rontgen toraks kemudian dilakukan dan menunjukkan hasil yang lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Paru kiri kolaps dan terdapat konsolisasi pada lobus kanan atas. Dengan pertimbangan tersebut, CT scan toraks makin terindikasi pada pasien. Tatalaksana pasien saat ini adalah pemberian obat anti-jamur dan antibiotik makrolide sebagai immunomodulator serta tatalaksana gizi.
                Pasien saat ini belum memiliki jaminan (masih umum). Tidak memiliki kartu keluarga sehingga tidak dapat membuat jaminan. Pasien adalah anak pertama. Ibu pasien ditinggal oleh bapak pasien saat anak masih dalam kandungan. Ibu saat ini telah menikah dengan orang lain. Ayah tiri tidak perhatian pada pasien. Selama hampir 2 bulan perawatan, pasien jarang ditengok oleh ibu. Selama ini kebutuhan sehari-hari berasal dari dana donatur. Pihak RSCM sudah berusaha menghubungi keluarga namun keluarga tidak ada niat untuk menengok secara rutin. Ursamagna memberikan Rp 2.500.000 untuk CT scan toraks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar