Riski dan Lufti kakak beradik, kedua
pasien ini adalah penderita HAK yang harus mendapatkan terapi hidrokortison dan
fludrokortison seumur hidupnya dan setiap 6 bulan sekali harus periksa darah
untuk mengetahui kadar 17-OHP dalam darahnya untuk menentukan apakah obatnya
perlu ditingkatkan dosisnya atau tidak.
Hiperplasia adrenal kongenital (HAK) merupakan suatu
kelainan genetik akibat defisiensi salah satu dari 5 enzim yang berperan pada
biosintesis kortisol di kelenjar adrenal. Hiperplasia adrenal kongenital adalah
penyebab tersering genitalia ambigu pada neonatus dengan angka kejadian sebesar
1 di antara 10.000 sampai 15.000 kelahiran hidup. Sebanyak
lebih dari 90% kasus HAK disebabkan oleh defisiensi enzim 21-hidroksilase
(21-OH). Defisiensi enzim ini akan menyebabkan gangguan
produksi kortisol dan aldosteron, sehingga berdampak pada peningkatan androgen. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan
tambahan lain seperti Bone age untuk mengetahui ada keterlambatan pertumbuhan
tulang atau tidak. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut membutuhkan biaya yang
cukup besar karena pasien tidak memiliki jaminan dan pemeriksaan harus
dilakukan di laboratorium swasta di luar RSCM dengan harga yang mahal. Pasien tinggal di lingkungan
padat penduduk di Cirebon dan setiap 2 bulan sekali harus kontrol ke poli anak
di RSCM Jakarta. Kedua pasien berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah,
ayah pasien saat ini sedang berusaha mendaftar bekerja sebagai TKI namun belum
ada kepastian. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga dan tingkat kepatuhan
membawa berobat anaknya cukup tinggi walaupun harus menempuh jarak perjalanan
yang jauh menuju RSCM. Ursamagna memberikan Rp 769.000 untuk pemeriksaan bone age.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar